Sejarah Damkar

Sejarah keberadaan Dinas Pemadam Kebakaran di Kabupaten Banyuasin tidak bisa dilepaskan dari dinamika pertumbuhan wilayah dan meningkatnya kesadaran pemerintah terhadap pentingnya perlindungan keselamatan publik. Sebagai kabupaten yang berkembang pesat sejak pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin pada awal 2000-an, Banyuasin menghadapi tantangan dalam hal pengelolaan bencana, termasuk kebakaran pemukiman dan lahan gambut.

Awalnya, fungsi pemadam kebakaran di wilayah Banyuasin dijalankan oleh satuan kecil di bawah Dinas Tata Kota dan Pemukiman. Saat itu, sarana dan prasarana pemadaman sangat terbatas. Hanya terdapat beberapa unit mobil pemadam, dan petugasnya pun direkrut secara sukarela dari lingkungan sekitar kantor pemerintahan. Meskipun dengan keterbatasan tersebut, semangat pelayanan publik tetap menjadi dorongan utama para petugas dalam menjalankan tugas.

Melihat pertumbuhan jumlah penduduk, kawasan industri, dan risiko kebakaran yang meningkat—terutama akibat aktivitas pertanian dan kebakaran lahan gambut di musim kemarau—pemerintah daerah mulai merancang pembentukan unit pemadam kebakaran yang lebih terstruktur. Pada tahun 2010, melalui Peraturan Bupati, dibentuklah Unit Pemadam Kebakaran di bawah Dinas Pekerjaan Umum yang fokus pada upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Seiring berjalannya waktu, dan untuk memperkuat fungsi kelembagaan, pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Banyuasin secara resmi membentuk Dinas Pemadam Kebakaran sebagai perangkat daerah tersendiri. Pembentukan ini dilandasi oleh semangat reformasi birokrasi dan kebutuhan masyarakat akan perlindungan yang lebih maksimal dalam bidang kebakaran dan penyelamatan.

Dengan struktur organisasi yang lebih profesional, DAMKAR Banyuasin mulai memperluas jangkauan operasionalnya ke seluruh kecamatan. Pos pemadam kebakaran dibentuk secara bertahap di berbagai wilayah strategis. Setiap pos dilengkapi dengan armada operasional, alat pelindung diri, dan sistem komunikasi darurat. Tidak hanya itu, petugas DAMKAR mulai mendapatkan pelatihan teknis secara berkala, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Di luar tugas pemadaman, DAMKAR Banyuasin juga mengembangkan peran edukatifnya. Masyarakat mulai dilibatkan dalam kegiatan simulasi kebakaran, pelatihan penggunaan APAR, serta penyuluhan pencegahan kebakaran. Program ini terbukti efektif dalam menekan jumlah kejadian kebakaran akibat kelalaian rumah tangga maupun korsleting listrik.

DAMKAR Banyuasin juga memiliki sejarah kuat dalam penanggulangan kebakaran lahan dan hutan, terutama di wilayah perbatasan dengan Musi Banyuasin dan Ogan Ilir. Dalam situasi darurat seperti itu, koordinasi dengan BPBD, TNI, Polri, dan Manggala Agni menjadi kunci keberhasilan operasi pemadaman.

Hingga saat ini, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Banyuasin terus melakukan pembenahan internal, peningkatan kapasitas SDM, modernisasi peralatan, serta memperkuat peran serta masyarakat dalam budaya tanggap bencana. Sejarahnya adalah sejarah tentang kesadaran kolektif bahwa keselamatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama yang harus diemban secara serius, terencana, dan profesional.